Senin, 14 Maret 2011

ALIF

Telah menjadi kalimah abadi
yang meruang di antara
malam-malam sepuluh
dan cahaya ganjil sang maut
kemudian tergolek di atas
sujud-sujud panjang yang terdengar
sangat dalam dan menyatu
bersama tarikan nafas
dan azan lemah
dialah seorang bocah
yang menyeret kesunyian
 sebagai mantel, kesepian
dan kegelisahan sebagai zikir
 tak ada yang bertanya
siapa sesungguhnya bocah itu
orang-orang hanya mendengar
suara kehidupan yang samar
dari wajahnya. Seperti, ayahnya yang
berkali-kali membunuh setiap
kepingan doa yang meleleh dari airmatanya
hingga dirinya sekarat dan menghablur
dingin
di atas trotoar dan malam
dialah Alif, pembuka kalam
dan segenap rahasia semesta
bocah yang mengetuk pintu demi pintu bulan
menguak masa yang sobek
di tangan maharindu, di dadanya…

Kamis, 10 Maret 2011

Panggilan PERENGUNGAN


Allahu Akbar...Allahu Akbar....
Allahu Akbar....Allahu Akbar....

Duh Gusti, tetesan keringat
kami masih terlampau sedikit
untuk sebuah perjuangan
Apalagi menciptakan karya untuk
Sebuah keemasan
Upaya kami masih terlalu sepele dihadapan kebesaran amanah dari-Mu

Asyhadu anla ilaha illallah.....
Asyhadu anla ilaha illallah.....

Barang kali kami harus bersaksi lagi atas eksistensi-Mu
atas sifat Agung-Mu, Iradah-Mu, Karim-Mu
sebab pesona zaman tak reda membuai naluri
meluruhkan totalitas keimanan dan mematahkan sayap-sayap pengabdian

Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.....
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.....

Muhammadkan diri kami
karena kami disibukkan mengurus hati
masih belepotan melahirkan qaulan sadidan ayat-ayat-Mu
centang perenang tak bertemu antara azzam dan ikhtiar
kocar-kacir antara cita-cita dengan imajinasi liar

Hayya’ ala ash Sholah.........
Hayya’ ala ash Sholah.........

Mungkin inilah prestasi terburuk kami di bumi
sholat kami, acap kali kami hargai dengan sekedar kepantasan
dan rutinitas karena bio-ritme hidup telah dikendalikan
peradaban materialistic dan mekanistik kadang tersirat keluh:
betapa spirit sholat tercabut dari setiap aktivitas kami
serasa tak berbobot lagi
lima waktu kami
kering tahajud kami

Hayya ‘alal falah......
Hayya ‘alal falah......

Inilah saatnya kami marah
Marah pada diri kami sendiri
kemenangan yang menjadi
muara juang sering kami abaikan

Allahu Akbar....Allahu Akbar.....
Laa illaha illallah.....

MUHAMMADKAN Hamba Ya RABBI...!!!


Muhammadkan hamba Ya Rabbi.........
Disetiap tarikan nafas ini
Tak ada dambaan yang lebih sempurna lagi
Di ufuk jauh kerinduan hamba Muhammad berdiri
Muhammadkan hamba Ya Rabbi......
Seperti siang malammu yang patuh dan setia
Seperti bumi dan matahari yang bekerja sama
Menjalankan tugasnya dengan amat terpelihara
Muhammadkan hamba Ya Rabbi, Muhammadkan
Agar tak menangis dalam keyatimpiatuan
Agar sesudah hijrah hamba memperoleh kemenangan
Muhammadkan hamba Ya Rabbi, Muhammadkan hamba....
Agar kehidupan hamba jauh melampaui usia hamba
Agar setiap langkah mengantarkan Rahmat bagi alam.
Muhammadkan hamba Ya Rabbi, Muhammadkan di rumah, di tempat kerja, dan di perjalanan agar setiap ucapan, keputusan dan gerakan
Menjadi ayatmu yang indah dan menaburkan keindahan.
Muhammadkan hamba Ya Rabbi, Muhammadkan hamba.......
Perdengarkan tangis bayi padang pasir dikelahiran hamba......
Alirkan darah Al-Amin disekujur badan hamba
Serungkan tameng Al-Ma’shum digerak perjuangan hamba......
Kalungkan kebencian Abu Jahal di leher hamba
Sandingkan keteduhan Abu Thalib di kaki duka lara hamba
Payungkan awan cintamu di bawah, terik politik durjana
Ucapkan tangan sejuk Khadijah pada kening derita hamba
Kirimkan Jibril mencuci hati Muhammad hamba
Lahirkan kembali wahyumu di detik gemetar jantung hamba
Dan kucurkan darah luka Muhammad oleh pedang kaum pendusta
Hadiahkan pada hamba rasa sakitnya

Ya Rabbi, Ya Rabbi, Muhammadkan hamba.......
Bersujud dan tafakkur di Gua Hira jiwa hamba
Berkeliling ke rumah tangga, negeri, dan dunia
Menjajahkan cahaya

(Emha Ainun Najib. 1988)

Rabu, 09 Maret 2011

PETIKAN

Rasa manis yang terteguk
dari puluhan mangkuk gula
tak akan sampai ke hati
bila kau meminumnya bersama air mata
karena urat-urat tubuh akan mengkurat
bila tersiram duka

Pun rasa pahit yang melilit
tak akan bisa mengikatmu dalam rasa sempit
bila kau meregukku dengan rela
dan tetap tersenyum ramah, juga pasrah

Karena pasrah adalah darah
dan rela adalah udara
yang tidak bisa terikat
kecuali jiwa!

By : Ahmad Muzakki Kamali

Cahaya Putih

Masih terlatih merintih
setelah sejenak melangkah
dan kembali tergeletak letih 

Merangkai lagi, menahan perih
mengajar cahaya putih
yang makin jauh tersisih
tertutup asap dan buih

 Pernah kudekap sekejap
lalu hilang kembali senyap
pernah kupeluk semalam suntuk
dan panas siang membuatnya lapuk

Wahai Pengasih....
masih adakah ruang jernih tersisih
untuk ikut jadi kekasih...

*Ahmad Muzakki Kamali*